Safura



Simbol! Hati-hati!

Saya sedang tertarik pada simbol!

Berawal pada suatu malam, saat saya dalam perjalanan pulang, pak gamesh sms dan meminta saya untuk baca koran Pikiran Rakyat hari itu, Snen 24 Nov 2008, di halaman sekian (kolom “Teropong”). Ada artikel tentang design Makkah masa depan. Dan seperti biasa, dengan kalimat provokatif, dia menyuruh untuk melihat gambar dan simbol yang ada dengan teliti. Lihat lagi! Lihat lagi! Katanya. 

Awalnya, saya tidak peduli pada simbol seperti yang dihebohkan pak gamesh. Saya hanya tertarik pada bentuk rancangan dan siapa gerangan arsiteknya—sebab menyangkut kepercayaan saya terhadap valid-tidaknya info salah satu tokoh adat di Sumedang saat sedang liputan lalu. Info itu agak-agak berbau mistik, dan saya ingin membuktikan kalau dia salah. Seiring dengan googling di internet, saya lega karena info mistik itu memang tidak valid. Dan….ternyata temuan2 lain yang saya dapatkan juga sangat menarik!

Simbol itu biasa saja sebenarnya. Berbentuk bulan sabit. Sudah sangat akrab toh, dengan Islam? Sudah sering dipakai di bendera negara, di lambang partai, di sajadah, di atas kubah mesjid (bahkan di bangunan lama Masjidil Haram juga sudah ada sejak dulu!), tapi…saya yang mengaku umat Islam tidak tahu apa-apa tentang makna simbol itu. Tidak pernah berusaha mencari tahu. Hanya menerimanya dengan anggapan bahwa simbol itu pasti sudah ada sejak dahulu kala waktu masih jaman Rasulullah. Ternyata saya salah besar!

Waktu jaman Rasul, Islam tidak pernah menggunakan atribut bulan-bintang sebagai identitas agama. Sebutlah bendera. Dahulu kita hanya menggunakan satu warna solid saja sebagai bendera, yaitu putih, hitam, atau hijau. Warna hitam misalnya, digunakan saat berperang, dan warna hijau saat masa damai.

Lalu bulan sabitnya dimana?

Tidak ada.

Kalaw berdasarkan berbagai sumber yang saya dapat, asal muasal  bulan-bintang ini bermacam-macam. Versi pertama adalah saat Byzantium (atau Konstantinopel atau Istanbul) berada di bawah kekuasaan Dinasti Ottoman.

Jadi critanya, suatu malam Khalifah Utsman I bermimpi bahwa wilayah kekuasaan Islam di bawah dinastinya, akan membentang dari sisi bumi yang satu ke sisi bumi lainnya, yang kalau ditarik garis akan membentuk gambaran menyerupai bulan sabit. Maka dengan anggapan bahwa mimpi tersebut adalah pertanda baik, ia pun menyertakan gambar bulan sabit dalam bendera dinastinya. Sedangkan bintang di samping bulan sabit diduga melambangkan rukun Islam (dulunya ada lima gambar bintang, tapi sekarang cuma ada satu).

Kemudian, karena selama berabad-abad terjadi perang Salib antara umat Muslim di bawah dinasti Ottoman dengan bangsa Kristen Eropa, maka bendera Ottoman (atau sekarang jadi bendera Turki) tersebut pun diafiliasikan dengan Islam. Simbol bulan sabit dan bintang jadi identik dengan Islam, dengan segala hal yang berbau Islam. Sampai saat ini.

Begitulah cerita dari versi pertama.

Sedangkan versi kedua, kalau ditelusuri dari segi historis sekaligus semiotik (duile…bahasanya), simbol bulan sabit ini sebenarnya sudah ada sejak jaman duluuuuu banget. Jauh. Baratus-ratus tahun sebelum kedatangan Islam, bahkan. Masa-masa ketika paganisme masih tumbuh subur di muka bumi. Simbol ini banyak digunakan bangsa-bangsa di kawasan Asia Tengah dan Siberia yang menyembah dewa matahari, bulan, dan bintang. Tidak ketinggalan juara penyembah berhala yaitu kaum Yunani kuno yang memiliki seabreg dewa-dewi, juga menggunakan simbol ini. Mereka menisbahkan simbol bulan sabit untuk dewi bulan (yaiyalah bulan untuk dewi bulan) atau lebih ngetop dengan nama Dewi Diana atau Dewi Artemis yang pasti bukan dewi persik. Sedangkan bintang, mewakili Dewi Ishtar. Bagus juga ya namanya. Konon, kata star dalam bahasa Inggris diambil dari nama ini. Nah kota Byzantium yang saat itu masih pagan, memakai lambang bulan untuk menghormati Dewi Artemis.

Berarti kalau ditinjau dari versi yang kedua, sebenarnya saat Dinasti Ottoman datang dan menguasai wilayah tersebut, simbol ini sudah ada dan sudah populer duluan. Dengan kata lain, cerita tentang mimpi sang Khalifah tentang bulan sabit itu masih harus diteliti lagi keabsahannya, karena bisa jadi cuma legenda. Dengan kata lain lagi……..Jreeeeng……..  Berarti selama ini kita mengadaptasi simbol-simbol dari dunia pagan?? Iya kah?

Mungkin kita berpikiran tak jadi soal simbol bulan-bintang itu berasal dari mana dan bermakna apa. Toh pemaknaan simbol itu bisa tergantung dari interpretasi masing-masing pemaknanya. Bersifat arbitrer dalam bahasa kerennya. Ini kata artikel tentang semiotik yang saya baca ya. Akan tetapi saudara, simbol, secara tak sadar juga bisa mempengaruhi dan menggiring pola pikir kita mengikuti si pencipta simbol.

Contoh sederhananya adalah film-film keluaran Hollywood, terlebih di era 80-90an dulu—meskipun sekarang juga masih sih. Coba perhatikan deh, gak film remaja, gak dewasa, gak action, gak drama, pokoknya segala genre, mereka selalu menampilkan atribut Amrik, seperti bendera. Meskipun bendera itu cuma numpang lewat, cuma jadi stiker, cuma sebagai tato, cuma sedetik dua detik sebagai intercut, tapi pasti ada. Dan tanpa disadari, hal ini menumbuhkan rasa nasionalis pada rakyatnya. Memang terlalu naif kalau menuduh hal kecil tersebut bisa menjadi pembangkit nasionalisme bagi bangsa sebesar Amrik (besar dalam arti harfiah luas wilayah dan banyak penduduk ya). Banyak faktor lain tentu saja. Tapi penggunaan simbol-simbol secara tersirat dan tidak vulgar itulah yang justru cepat merasuk ke alam bawah sadar sehingga penonton menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. Tidak seperti doktrin P4, misalnya. Hanya dihafal, tapi tidak tepat sasaran. Disuruh membaca tiap hari, tapi tak juga jadi nasionalis. Kenapa? Mungkin karena caranya yang tidak menyenangkan dan bersifat paksaan. Jadi hanya menyentuh kulit ari dan mudah terkikis jaman. Berbeda dengan cara dari Holiwud tadi. Menyenangkan, halus tidak terasa, tapi tertanam kuat.

Seperti itu pulalah mereka menginjeksi budayanya hingga sebagian masyarakat dunia banyak yang tersihir dan tanpa sadar jadi berkiblat pada budaya Amrik. Termasuk saya dalam beberapa hal (seperti musik, atau film, atau makanan, dan lain-lain. Bah!) Jadi, jangan anggap remeh sebuah simbol.

Balik lagi pada bulan sabit. Simbol bulan sabit seperti apakah yang ada dalam design baru Masjidil Haram tersebut?

Menghadap ke atas, seperti tanduk.

Sejak awal, saya sudah curiga dan mengasosiasikannya dengan Yahudi. Siapa lagi di jaman sekarang ini yang begitu terobsesi menguasai dunia dengan menggunakan segala cara?? Sama seperti jutaan orang lainnya, saya adalah pembenci Yahudi sampai ke seluruh aliran nadi-nadi saya. Terlebih setelah peristiwa serangan ke Palestina kemaren. Meskipun…sebenarnya saya juga mengagumi mereka. Saya salut dengan segala bentuk kecerdasan dan bahkan kekejaman mereka dalam mencapai tujuannya. Huh…!

Dan kalau mau memaksakan diri memandang adil pada mereka, tidak semua Yahudi penjahat. Selain memang gak bermoral, kejam, garong, teroris, terkutuk, ada juga sih kaum Yahudi yang baik—meski yang baik ini jumlahnya pasti cuma sedikit. Hah. Secara global sebenarnya Yahudi terbagi menjadi dua. Yahudi ortodoks, yang berpegang pada Taurat dan tidak setuju dengan invasi Israel ke Palestina. Dan Yahudi zionis, penginvasi Palestina dan sekitarnya, perusuh di segala bidang kehidupan, kitab sucinya adalah Talmud (taurat versi klenik buatan mereka), yang di dalamnya bertebaran berhala dan simbol para dewa-dewi yang hidup di jaman pagan. Termasuk bulan.

Jadi jika penilaian kita berangkat dari simbol-simbol kaum pagan yang bertebaran dalam ‘agama’ zionis tadi, maka hubungan antara gambar bulan sabit dalam design Ka’bah dengan zionis dan motivasinya ingin menguasai dunia jadi masuk akal. Apalagi menara tempat bulan sabit itu bertengger dibuat beratus kali lipat lebih tinggi dari Ka’bah. Aneh banget kan. Ngeri dan tak rela juga kalo agama kita disusupi simbol-simbol pagan.

Apalagi, rancangan design itu memang riil. Masjidil Haram sedang berbenah besar-besaran untuk tahun 2010 (dan tujuan jangka panjangnya tahun 2020). Di sekitar mesjid nanti akan berdiri hotel-hotel canggih, rumah sakit, bahkan mall super mewah. Tentu saja pembangunan ini akan membawa banyak kemudahan dan kenyamanan bagi para jemaah haji di masa yang akan datang. Saat cuaca sedang panas, jamaah bisa ngadem dulu sambil nge-mall. Hehe…kedengarannya aneh ya. Mau haji kok malah jalan-jalan? Apa betul semata-mata kemudahan dan kenyamanan para jamaah yang diutamakan? 

They will see something other than the stark black cube known as the Kaa’ba, which is literally the center of the Muslim world. They will also see lots of clothing stores. “Makkah will have all my favourite clothing stores and I wont have to haul them all the way from Jordan”.(baca disini)

Bayangkan keuntungan yang didapat para kapitalis dari kompleks pertokoan ini! Gak usah jauh-jauh dulu berpikir bahwa salah satu tanda kiamat seperti yang dikatakan Rasul adalah berlomba-lomba membangun tempat ibadah secara bermegah-megahan. Gak usah dulu sebel tentang gak masuk akalnya sikap bermewah-mewahan Raja Saudi menggelontorkan dana untuk merombak Masjidil Haram, sementara dia sama sekali tak peduli pada Masjid Aqsha di Palestina yang sedang sekarat! Bila memang hedonis dan konsumtif yang diusung, kita tentu bisa menebak siapa yang ada di belakangnya.

Bisa jadi, hubungan antara simbol bulan sabit dengan zionis memang ada. Dan jika memang betul demikian, maka benang merah zionis lah yang ada di balik berbagai skenario saat ini. Dengan menyusupkan ide tentang kenyamanan dan kesan modern yang bisa ditampilkan The New Masjidil Haram, sebenarnya mereka sedang menjauhkan umat Islam dari esensi zuhud dalam beribadah. Menanamkan benih-benih kapitalisme dan meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan kedatangan ribuan jamaah haji setiap tahunnya. Menjauhkan umat Islam dari kepekaan terhadap penderitaan yang sedang dialami saudaranya di belahan bumi yang lain. Mengalihkan perhatian umat Islam dari nasib kiblatnya yang pertama, Al-Aqsha yang saat ini sedang diincar bom Israel. Bayangkan ketelitian mereka dalam menempatkan timing. Dahsyat sebenarnya. Dan itu, saudara, sanggup terwakili hanya dalam satu buah simbol saja…

Mudah-mudahan saja saya salah. Mudah-mudahan saja simbol bulan sabit di menara raksasanya tidak bermakna apa-apa selain hiasan belaka. Mudah-mudahan saja perluasan Masjidil Haram hanya akan membawa dampak kebaikan untuk jamaah haji. Mudah-mudahan saja rumus kapitalisme tidak berlaku disini. Dan mudah-mudahan saja zionis ataupun kepaganan tidak ada kaitannya sama sekali dengan simbol bulan sabit manapun di mesjid-mesjid kita.

Hmm…capek juga. Sebenarnya masih banyak hal menarik yang ingin saya ceritakan tentang simbol. Tentang simbol-simbol pagan yang juga diduga menyusupi agama Nasrani. Tentang sejarah asal-muasal balas dendam Yahudi-Zionis  terhadap dunia. Nanti kalau ada waktu, saya juga ingin membahasnya disini.

Terlepas dari semua itu, sebenarnya saya sendiri sukaaa sekali memandangi bulan sabit beneran yang ada di langit malam. Saya lebih menyukainya ketimbang bulan purnama. Menurut saya bulan sabit lebih memikat. Mengingatkan saya pada mata keponakan saya kalau sedang tertawa penuh. Matanya membentuk bulan sabit terbalik, menghadap ke bawah. Cantik sekali. Seperti tantenya 😀 

 *dari berbagai sumber*

Silahlan baca juga di sini, menarik!

 


Trackbacks & Pingbacks

Comments

  1. * abualif says:

    tulisan yang cerdas dan paaaannnnnjang, gue setuju tuk hati hati akan penggunaan simbol, kalau memang ini rencana yahudi dalam invasinya yang cerdas terhadap umat islam, celakalah kita

    | Reply Posted 15 years, 1 month ago
    • * safura says:

      makasih udah nyempetin baca oom… ayo berantas!! hehe..apa coba..

      | Reply Posted 14 years, 4 months ago
  2. * visy says:

    Ulasan yang sangat cerdas menarik dan penuh maknaa…..saya saja sampai enggak bosen untuk membacanyaaaa di media elektronik seperti ini kita membutuhkan sebuah tulisan yang memang tak jenuh satu atau dua menit untuk membacanya

    | Reply Posted 14 years, 4 months ago
    • * safura says:

      aduh..jd malu..br blajar nulis mbak. makasih sudah mampir..

      | Reply Posted 14 years, 4 months ago
  3. * Kursito says:

    Sedikit tambahan nih, ttg simbol bulan sabit, memang benar lebih dulu ada jauh sebelum islam lahir. Dalam hindu, bulan sabit adalah simbol Syiwa, yang maha penghancur alam semesta.

    | Reply Posted 13 years, 11 months ago
    • * safura says:

      thanks tambahannya pak 🙂

      | Reply Posted 13 years, 10 months ago


Leave a reply to Kursito Cancel reply